KABUL (Berita SuaraMedia) – Seorang wartawan politik Amerika mengatakan bahwa militer AS mengalami kegagalan kepemimpinan akibat sikap kekerasan beberapa komandannya.
Alexander Cockburn mengatakan dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Press TV bahwa pendekatan komando pada beberapa unit militer akan "mendorong kekejaman dan penyiksaan."
Dia mengeluarkan komentar itu terkait dengan sidang tanggal 4 April atas Sersan Staf Angkatan Darat Calvin Gibbs, yang dituduh mengorganisir satu tim prajurit untuk membunuh warga sipil Afghan.
"Selama 10-15 tahun kau bisa melihat banyak contoh kegagalan kepemimpinan, melakukan kekejaman atau mendorong kekejaman dalam kasus penyiksaan, bersekongkol untuk menyiksa, memerintahkan penyiksaan, dan kemudian menghindari tanggung jawab," ujarnya menjelaskan lebih jauh.
Sejak invasi AS tahun 2001 ke Afghanistan, lebih dari 34.000 warga sipil telah terbunuh di negara itu sebagai akibat perang.
AS saat ini memiliki 100.000 pasukan di Afghanistan. Jumlah total pasukan koalisi di negara Asia itu mencapai 150.000. Presiden Barack Obama sebelumnya berjanji bahwa mayoritas tentara AS akan meninggalkan Afghanistan di tahun 2011, tapi kemudian mengatakan bahwa mereka akan tinggal di negara itu sampai tahun 2014. Baik AS maupun Inggris percaya bahwa setidaknya sejumlah tentara mereka akan tinggal di negara itu untuk membantu otoritas Afghan dengan pengelolaan urusan internal selama beberapa tahun.
Sebelumnya di bulan November Presiden Afghan Hamid Karzai mengatakan bahwa sekarang adalah saatnya bagi AS untuk mengurangi kehadirannya dan operasi militernya di Afghanistan.
"Saatnya telah tiba untuk mengurangi operasi militer. Saatnya telah tiba untuk mengurangi kehadiran tentara di Afghanistan, untuk mengurangi ikut campur dalam kehidupan sehari-hari rakyat Afghan," ujar Karzai.
Pada tanggal 15 Januari, Human Rights Watch memperingatkan tentang memburuknya situasi keamanan di Afghanistan.
Dalam laporan tahunannya untuk tahun 2010, kelompok pembela hak asasi manusia itu mengatakan bahwa keamanan telah menurun di sebagian besar wilayah Afghanistan, terlepas dari tambahan pasukan AS tahun lalu.
Ditambahkan bahwa terdapat peningkatan 10% dalam korban jiwa dari warga sipil tahun lalu di negara tersebut.
Perkembangan ini terjadi ketika sebuah laporan terbaru mengatakan bahwa operasi militer AS telah menimbulkan kerusakan properti publik di Afghanistan selatan sebesar 100 juta dolar. (rin/pv)
www.suaramedia.com